[REVIEW BOOK] Mahar Untuk Maharani Karya Azhar Nurun Ala

Sarjana? Kerja jadi petani? Kembali ke kampung halaman? Jauh-jauh kuliah ke kota nyatanya jadi petani. 
Mungkin itu yang ada di benak Salman ketika memutuskan kembali ke kampung halamannya, bertemu ibu tercinta dan sang pujaan hati, bernama Maharani. Teman masa kecil, yang bermetamorfosa menjadi mutiara yang memesona. 
Kisah romantis, tentang masa depan, masa lalu yang (masih) belum kelar. Salman seorang mahasiswa biologi UI tingkat paling akhir, yang sedang berusaha untuk lulus agar segera memberi yang terbaik demi pujaan hati. Maharani, perempuan dengan lulusan luar negeri yang teduh, dan sholeh cocok menjadi idaman para kedua laki-laki teman semasa kecilnya, ialah Salman dan Dimas. Dimas tokoh pendukung yang menjadi saingan Salman dalam mencuri hati Pak Umar. Serta sosok laki-laki Ajran sebagai figur di masa depan mengalahkan Salman. 
Dari berbagai perjalanan, puluhan kilometer rindu menggema pada hati perempuan tangguh, teduh, sholehah, cerdas bernama Maharani. Kedua teman yang mengisi masa-masa kecilnya. Perumpaan perempuan yang tak suka menunggu lama, apalagi terlalu lama, perempuan memang kodratnya dengan istilah kepastian dan penjelasan.
Salman, mahasiswa UI yang diambang pengharapan menantikan Maharani perempuan lulusan Mesir, dan datang sosok Dimas dengan membawa predikat calon menantu idaman lulusan ITB lulus dengan 3,5 tahun, Salman ingun menjadikan kekasih halalnya sampai suatu ketika pergolakan batin pun terjadi hingga harus menghijrahkan hati untuk sang pujaan hati. Ikhlas, Allah bersama para pejuang cinta yang berusaha untuk mendapat ridho sang PenciptaNya. Sebagai hamba yang saling merangkak meminta keridhoan Allah, Salman memantaskan diri. Karena pada suatu tindakan demi mendapatkan ridho Allah. 
Well setelah selesai membaca novel ini, pesan yang saya dapat ialah apapun profesimu di masa depan atau masa kini, ya syukurilah karena dari setiap inci kejadian-kejadian yang terjadi pasti ada konspirasi semesta yang ikut andil melaraskannya. Jangan buat perempuanmu menunggu terlalu lama tanpa kejelasan di tanah perantauan, imbangi dengan tindakan yang positif dan jangan takut untuk terus memperbaiki diri.

Komentar

Unknown mengatakan…
Terima kasih Amel, sudah ikut mengoleksi & menuliskan kesannya di sini. Semoga bermanfaat. :)
amelia rosliani mengatakan…
Buku-bukunya menyentuh, gaya bahasa yg apik mudah dipahami pembacanya. Ditunggu koleksi-koleksinya yg lain :))